KomOnDuYa | Daftar Bergabung

Kamis, 04 Juni 2009

Email Prita Dan Bantahan Pengacara RS Omni International Dari Mailling List Bermasalah Itu


Email Prita mungkin bisa dibaca langsung di berbagai media atau buka link postingku 

Sedangkan bantahan dari pihak Rumah Sakit Omni International Alam Sutera bisa dibaca, di bawah ini.

Coba deh bandingkan masuk akal tidak jika dikatakan memfitnah ? 

PENGUMUMAN & BANTAHAN
>
> Kami, RISMA SITUMORANG, HERIBERTUS & PARTNERS, Advokat dan Konsultan
HKI,
> berkantor di Jalan Antara No. 45A Pasar Baru, Jakarta Pusat, dalam hal ini

> bertindak untuk dan atas nama OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA, Dr.

> HENGKY GOSAL, SpPD dan Dr. GRACE HILZA YARLEN NELA;
>
> Sehubungan dengan adanya surat elektronik (e-mail) terbuka dari SAUDARI
> PRITA MULYASARI beralamat di Villa Melati Mas Residence Blok C 3/13
> Serpong Tangerang (mail from: prita.mulyasari@ yahoo.com) kepada
> customer_care@ banksinarmas. com, dan telah disebarluaskan ke berbagai
> alamat e-mail lainnya, dengan judul
> 'PENIPUAN OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA TANGERANG';
>
> Dengan ini kami mengumumkan dan memberitahukan kepada khalayak
> umum/masyarakat dan pihak ketiga, 'BANTAHAN kami' atas surat
terbuka
> tersebut sebagai berikut:
>
> 1. Bahwa isi surat elektronik (e-mail) terbuka tersebut tidak benar serta
> tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya terjadi (tidak ada penyimpangan
> dalam SOP dan etik), sehingga isi surat tersebut telah menyesatkan kepada
> para pembaca khususnya pasien, dokter, relasi OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL
> ALAM SUTERA, relasi Dr. HENGKY GOSAL, SpPD, dan relasi Dr. GRACE HILZA
> YARLEN NELA, serta masyarakat luas baik di dalam maupun di luar negeri.
>
> 2. Bahwa tindakan SAUDARI PRITA MULYASARI yang tidak bertanggungjawab
> tersebut telah mencemarkan nama baik OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM
> SUTERA, Dr. HENGKY GOSAL, SpPD, dan Dr. GRACE HILZA YARLEN NELA, serta
> menimbulkan kerugian baik materil maupun immateril bagi klien kami.
>
> 3. Bahwa atas tuduhan yang tidak bertanggungjawab dan tidak berdasar hukum

> tersebut, klien kami saat ini akan melakukan upaya hukum terhadap SAUDARI
> PRITA MULYASARI baik secara hukum pidana maupun secara hukum perdata.
>
> Demikian PENGUMUMAN & BANTAHAN ini disampaikan kepada khalayak ramai
untuk
> tidak terkecoh dan tidak terpengaruh dengan berita yang tidak berdasar
> fakta/tidak benar dan berisi kebohongan tersebut.
>
> Jakarta, 8 September 2008
>
> Kuasa Hukum
> OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA,
> Dr. HENGKY GOSAL, SpPD dan Dr. GRACE HILZA YARLEN NELA
> RISMA SITUMORANG, HERIBERTUS & PARTNERS

Nah setelah dibandingkan aku beritau yang aslinya menurut mailling list bumi serpong yang seharusnya yang copas alias copy-paste yang dituntut alias karena dia yang nyebarkan

[bumi-serpong] Fw: [sfc-jkt] Penipuan OMNI Iternational Hospital Alam Sutera Tangerang
grace palayukan

Tue, 26 Aug 2008 22:25:41 -0700

Milister, ini sharing dari milis tetangga.
Mungkin kejadian ini tidak menimpa kita dan mungkin pula informasi ini perlu
lebih dicermati kebenarannya, tapi demi kesehatan kita mungkin baik juga
menjadi bahan pembelajaran kalau kita berobat ke rumah sakit ........intinya
sebagai pasien kita harus tetap kritis ........

salam,
Grace.

Fyi,


Subject:
Penipuan OMNI Iternational Hospital Alam Sutera Tangerang

Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya, terutama
anak-anak, lansia dan bayi.

Bila anda berobat, berhati-hatilah dengan kemewahan RS dan title International
karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba
pasien, penjualan obat dan suntikan.

Saya tidak mengatakan semua RS International seperti ini tapi saya mengalami
kejadian ini di RS Omni International.

Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB, saya dengan kondisi panas tinggi
dan pusing kepala, datang ke RS. OMNI Intl dengan percaya bahwa RS tersebut
berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan
manajemen yang bagus.

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39
derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah thrombosit
saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000, saya diinformasikan dan
ditangani oleh dr. Indah ( umum ) dan
dinyatakan saya wajib rawat inap. Dr. Indah melakukan pemeriksaan lab ulang
dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu
thrombosit 27.000. Dr. Indah menanyakan dokter specialist mana yang akan saya
gunakan tapi saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan
RS ini. Lalu referensi dr. Indah adalah dr. Henky. Dr. Henky memeriksa kondisi
saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif
demam berdarah.

Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau ijin
pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi,
dr.Henky visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam
bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?), saya kaget tapi
dr. Henky terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan
berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa ijin pasien atau
keluarga pasien. Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap
masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat
kuatir karena dirumah saya memiliki 2 anak yang masih batita jadi saya lebih
memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan
saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.

Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik
tidak ada keterangan apapun dari suster perawat, dan setiap saya meminta
keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, lebih terkesan suster
hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu box lemari
pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.

Tangan kiri saya mulai membengkak, saya minta dihentikan infus dan suntikan dan
minta ketemu dengan dr. Henky namun dokter tidak datang sampai saya dipindahkan
ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan
datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa, setelah dicek
dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr. Henky saja.

Esoknya dr. Henky datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk
memberikan obat berupa suntikan lagi, saya tanyakan ke dokter tersebut saya
sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan berarti
bukan kena demam berdarah tapi dr. Henky tetap menjelaskan bahwa demam berdarah
tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali
diberikan suntikan yang sakit sekali.

Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak
napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya
berkata menunggu dr. Henky saja. Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus
padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya.

Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan
suntikan dan obat-obatan.

Esoknya saya dan keluarga menuntut dr. Henky untuk ketemu dengan kami namun
janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak saya
menuntut penjelasan dr. Henky mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal
yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam riwayat
hidup saya belum pernah terjadi.

Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri saya.

Dr, Henky tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan, dokter tersebut malah
mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan
menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan
meminta dr. Henky bert anggung jawab
mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan
saja. Dr. Henky menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan
yang memuaskan.

Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai
membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat namun saya tetap tidak mau
dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi saya membutuhkan data
medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis
yang fiktif.

Dalam catatan medis, diberikan keterangan bahwa BAB saya lancar padahal itu
kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow upnya
samasekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang
181.000 bukan 27.000.

Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan
bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000,
kepala lab saat itu adalah dr. Mimi dan setelah saya complaint dan marah-marah,
dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di
Manajemen Omni maka saya desak untuk bert emu
langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.

Saya mengajukan complaint tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Ogi
(customer service coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima
tersebut hanya ditulis saran bukan complaint, saya benar-benar dipermainkan
oleh Manajemen Omni dengan staff Ogi yang tidak ada service nya sama sekali ke
customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima
pengajuan complaint tertulis.

Dalam kondisi sakit, saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen, atas nama Ogi
(customer service coordinator) dan dr. Grace (customer service manager) dan
diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan
saya.

Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari
lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000 makanya
saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya
masih bisa rawat jalan.

Tanggapan dr. Grace yang katanya adalah penanggung jawab masalah complaint saya
ini tidak profesional samasekali. Tidak menanggapi complaint dengan baik, dia
mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr. Mimi
informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen dan dr.
Henky namun tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas
(Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat
tersebut jam 4 sore.

Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya
dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular, menurut analisa
ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena
sudah membengkak, kalau kena orang dewasa yang ke laki-laki bisa terjadi
impoten dan perempuan ke pankreas dan kista. Saya lemas mendengarnya dan
benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa
sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis
tinggi
sehingga mengalami sesak napas.

Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya
tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.

Suami saya datang kembali ke RS Omni menagiih surat hasil lab 27.000 tersebut
namun malah
dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan waktu besok
pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang
rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan
surat tersebut. Saya
telepon dr. Grace sebagai penanggung jawab compaint dan diberikan keterangan
bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya namun sampai jam 4 sore saya tunggu
dan ternyata belum ada juga yang datang kerumah saya. Kembali saya telepon dr.
Grace dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama
Rukiah, ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali, dirumah saya
tidak ada nama Rukiah, saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari
datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. Logikanya dalam tanda
terima tentunya ada alamat jelas surat
tertujunya kemana kan
? makanya saya sebut
Manajemen Omni PEMBOHONG BESAR semua. Hati-hati dengan permainan mereka yang
mempermainkan nyawa orang.

Terutama dr. Grace dan Ogi, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan
customer, tidak sesuai dengan standard International yang RS ini cantum.

Saya bilang ke dr. Grace, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut
dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan
pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami, pihak manajemen hanya
menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai
kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan
diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari
sebelum masuk ke RS Omni.

Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat
tersebut? karena saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar
ada atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap. Dan setelah
beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya
27.000 adalah FIKTIF dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak
perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena
bisa langsung tertangani dengan baik.

Saya dirugikan secara kesehatan, mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan
asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal
mungkin tapi RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.

Ogi menyarankan saya bert emiu dengan
direktur operasional RS Omni (dr. Bina) namun saya dan suami saya terlalu lelah
mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan
dirawat di RS lain.

Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput
atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan
apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup
untuk menyembuhkan.

Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing,
benar.... tapi apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dpercaya
untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan, semoga Allah
memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan
kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu
saat juga sakit dan membutuhkan medis, mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang
saya alami di RS Omni ini.

Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau
dokter atau Manajemen RS Omni, tolong sampaikan ke dr. Grace, dr. Henky, dr.
Mimi dan Ogi bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi
perusahaan Anda.

Saya informasikan juga dr. Henky praktek di RSCM juga, saya tidak mengatakan
RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini.

salam,

----

Lalu darimana sumbernya milling list pertama yang dikirimin oleh Prita Mulyasari ? Siapa yang tau bisa dikabari nich sambil aku coba cari-cari lagi deh.... ngomong-ngomong yang menjawab di mailling list dengan sifat mendukung bu Prita termasuk penyebar dong.. hehehe..


Jangan Lupa KOMENTAR - nya ya... , SILAHKAN KE BAWAH Untuk Mengisinya :)

Isi Pos Yang Berhubungan



Menarik? Jangan Lupa Beritau Teman Anda :) Bookmark and Share

Daftar Blog Saya

Dimana Aku Sekarang ?

Pengikut

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Kembali Ke Atas