KomOnDuYa | Daftar Bergabung

Rabu, 26 Agustus 2009

Merdeka Tidak Sama Dengan Makmur


Nyambung lagi deh ngomongin microblog yang lalu tentang 64 tahun Indonesia Merdeka ?



Ngomong-Ngomong Soal Sumbangan/Tarikan Menyambut HUT Indonesia ke 64 - 17 Agustus 2009
Jika dikatakan negara kita mengalami kemunduran, pemerintah pasti tersinggung dan berusaha menunjukan hasil-hasil positifnya. Namun jika dikatakan negeri ini makmur karena pemerintah hebat. Hebat dari mana, la wong anak-anak PIKKO (Pikker) di Pikcamp masih dimintai sumbangan. Diberi 20 ribu malah ngatain ini itu, pakai acara menolak lagi. Aneh... sukarela diberi tapi ditolak mentah-mentah..... (menurut salah seorang tim Pikker).

Jadi teringat ama kota LA (Los Angles) Amrik saat proses pemakaman artis Michael Jackson bulan lalu. Sekedar tahu saja, Amerika Serikat atau orang bilang USA sekarang sedang bangkrut-bangkrutnya. Infonya sampai mau gadaikan (jual obligasi ke negara lain sebesar 18.000 Triliyun Rupiah, hutang Indonesia tidak lebih dari 1.800 Triliyun Rupiah). Itu berarti kurang lebih 10 kali lipat hutang Indonesia. Masih kaya Indonesia bukan ?
Namun begitu dengar aparat dan pemerintahan kota LA meminta sumbangan lewat Internet walikotanya langsung mencak-mencak. Sekedar tau saja, saat itu LA dipegang oleh pejabat sementara dari seorang senator, dikarenakan sang walikota sedang kunker (kunjungan kerja) ke Eropa. Dikatakan oleh banyak media sang Walikota dengan tegas mengatakan meski LA kena krisis ekonomi juga, LA tidak butuh bantuan, dikarenakan warga sudah bayar pajak dan memberikan kontribusinya kepada pemerintah. Jacko juga telah memberikan kontribusi besar ke kota LA. Jadi tidak sepantasnya dan tidak akan ada pemerintahan membebani rakyat lagi. Hebat gak? Bayangkan jika dilanjutkan, orang pasti akan berpikir bahwa pemerintahan sang walikota ini gak beres, dipercaya rakyat gak bisa mengelola. Alangkah malunya sang walikota. Karena budaya malu inilah maka walikota jadi berang .... dan proses kasus ini dikembalikan lagi pada kehidupan politik dan hukum sono.


Yang aku ketahui dari informasi masyarakatnya, di markas kita sendiri sumbangan anak-anak PIKKO ditolak mentah ketika menyodorkan lembaran 20 ribu kepada orang yang datang atas nama kecamatan untuk perayaan 17 Agustus 2009 (64 tahun sudah merdeka) . Susah lho cari uang 20 ribu jaman krisis begini.



Bahkan seperti Pikkerwati Umi kepada salah satu Humas kita mengatakan malah ngomel karena biasanya memberi 100 sampai dengan 150 ribu. Apalagi dipluskan dengan membanding-bandingkan dengan tempat lain. Saat itu aku berada di Jawa Tengah mendapat telepon menanyakan kebenaran. Ku jawab,".... ya memang biasanya 100 ribu karena setahun sekali, namun.... biarkan saja pak...". Lalu aku SMS beliau tentang ada yang aneh dengan kemerdekaan ini.

Pas keesokan harinya, temanku di Jawa Tengah juga dimintai sumbangan tepat di mana dia mau bangun rumahnya, padahal baru membangun lho... masih pondasi lagi. Rumahnya yang akan dibangun juga biasa , aku rasa temanku juga bukan kalangan jetset... tepatnya, warga kelas menengah ke bawah. Pak carik (sekdes alias sekretaris desa/kelurahan) juga tidak mau menerima ketika disodorin 25 ribu rupiah. Mintanya 100 ribu rupiah. Aneh .. bin ajaib.... seluruh negeri ini sepertinya kompak dengan kisaran 100 sampai dengan 150 ribu rupiah. Kalikan berapa .. jadi heboh bukan?


Bukan karena pelit, tapi tahun ini adalah tahun berat. Tau sendiri bukan? Pemerintah saja mengakuinya, mungkin malah menggunakannya sebagai senjata jika ada komplain dari masyarakat tentang kondisi ekonomi bangsa ini, langkah pemerintah juga kena imbas krisis juga disampaikan dengan memberikan insentif pajak dan lain-lain kepada hampir semua bidang usaha.
Kasihan juga bukan anak-anak Pikker kerja mati-matian... dimintai kiri kanan.... jadi mungkin cocok jika mereka dan kita berteriak, Merdeka Atau Mati !!! :)

Meski disumbangpun seharusnya ngikuti aturan yang jelas dan untuk pelaksanaannya juga seharusnya transparan, bukan? Kalau tidak salah harus dimuat di media untuk pengelolaannya. Entah dimuat apa gak tapi setahuku selama ini blas gak diketahui...

Tradisi Meminta
Fatwah MUI "Mengemis (meminta) itu Haram, jika untuk memperkaya sendiri (aku rasa termasuk foya-foya jika boleh diterjemahin secara luasnya bukan?)". Untung saja kejadiannya sudah lewat.... jadi gak bisa dikatakan haram.. hehehe...

Sejak aku kecil banget.... aku ingat, waktu itu tiap mau menyambut 17 Agustus selalu aja orang antri datang, dari si A, B, C, D... ampe Z... alasan utamanya untuk 17 Agustusan setahun sekali... bla bla bla... dan kejadian itu berlanjut sampai saat ini... Mungkin kata-kata mutiara dari Presiden Amrik " Jangan kau tanyakan berapa banyak yang negara akan berikan kepadamu, tapi tanyalah apa yang kamu bisa berikan kepada negaramu" benar-benar cocok diterapkan saat-saat momen nasionalisme dikumandangkan.

Pertanyaan dan opiniku dan mungkin anak-anak Pikker.. baik Pikkerwan dan Pikkerwati...

1. Mungkinkah pemerintah dan birokrasi sudah tidak bisa mengelola dan menjalankan kepercayaan yang diberikan rakyat sehingga perlu meminta tambahan atau sumbangan ? Jika demikian apa layak untuk mengelola lagi di tahun berikutnya ? Hmm .. tau sendiri deh...
Mengapa ya.. mereka tidak bisa lebih cerdik dikit... mengadakan acara apa jika memang kurang dana atau setidaknya menjual acara-acara kepada para sponsor, tentu saja dengan langkah terhormat dan profesional.

2. Apakah ini memang tradisi turun temurun? Mengingat sejak kecil aku temui ini dari tahun ke tahun.

3. Kesimpulannya, jika tetap begini. Merdeka Tidak Sama Dengan Makmur Dong.. Karena menurut arti kata Makmur yang dikutip dari berbagai lagu wajib atau lagu negara dan pernyataan beberapa tokoh bahkan orang Pemerintahaan melekat di Ibu Pertiwi ini. Sudah 64 tahun Merdeka. Apakah harus dibandingkan dengan negara tetangga yang ultah merdekanya belum genap angka permata (60) ?

4. Jika dalam hal ini aku salah.... berarti statemen dari wakil-wakil pemerintah yang bertugas saat ini di televisi dan media tentang Perbaikan Ekonomi, Kemajuan, Angka Kemiskinan, Pengurangan Pengangguran, Pemerintahan Yang Baik, Sekolah Gratis.. sama saja Boong... bukan?

5. Yang aku herankan lagi, jika masih ngutang... kenapa dipaksakan ? Bukan berarti gak nasionalis lho... tapi rasanya biaya yang megah-megah dan penghematan ini lebih baik digunakan untuk bayar hutang dulu deh.

Makmur dulu, MERDEKA BENERAN dulu ... Merdeka dari Hutang, Merdeka dari Sumbangan, Merdeka Dari Kemiskinan, Merdeka Dari Korupsi, Merdeka Dari Penindasan, Merdeka Dari Krisis. Jangan LUPA untuk kangan pemerintah/Birokrasi/PNS nya, Merdeka Dari Gaji yang ditunda hampir setahun....
ALANGKAH INDAH DAN ENAKNYA... JIKA KITA MERDEKA BENERAN.. UDAH 64 TAHUN NICH...
Kalah sudah begini aku pasti berani dengan lantang berpekik "MERDEKA!!!!"

Akses, Buka dan Ikuti Blogku Ini Lewat HP Anda di mana dan kapan saja dengan buka http://koerwin.co.cc atau www.koerwin.co.cc atau koerwin.co.cc . Klik "See full HTML version" di bawah tampilan isi di HP anda untuk melihat selengkapnya. Jangan lupa kirim SMS http://koerwin.co.cc ke teman-teman anda

Jangan Lupa KOMENTAR - nya ya... , SILAHKAN KE BAWAH Untuk Mengisinya :)

Isi Pos Yang Berhubungan



Menarik? Jangan Lupa Beritau Teman Anda :) Bookmark and Share

Daftar Blog Saya

Dimana Aku Sekarang ?

Pengikut

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Kembali Ke Atas