KomOnDuYa | Daftar Bergabung

Jumat, 05 Juni 2009

Asal Mula Dan Jejak Email Prita Yang Dijadikan Bukti Tuntutan 2


 

Mulai Tersulutnya Api Pihak RS Omni
Lalu siapa sich maydi.maydi, bagi yang belum ngikuti tulisanku yang pertama silahkan buka di sini ? Sampai di sini macet, jadi tim TI Rumah Sakit Omni dapat darimana ya ? Lha wong bu Prita ngakunya cuma ngirim ke 10 email temannya, yaitu orang-orang yang tergabung dalam customercare@banksinarmas.com. Ok deh sekarang lanjutin, darimana pihak RS Omni mulai panas dan marah.... !!!

Setelah berjalan 1 minggu lebih, tepatnya 5 September 2009 jam 03:39:31 ada salah seorang berinisial N ber ID Yahoo ! indonico telah melakukan forward jawaban dari pihak Rumah Sakit Omni, mungkin tujuannya baik untuk keseimbangan, namun kenyataannya langsung membuat panas orang yang mengaku sebagai Bapak Sukendro, Presiden Direktur OMNI Intl Hospital Alam Sutera.

Langsung deh.. aku copas, tulisan di bawah ini diambil dari Mail Archive dan juga telah dicek di group Yahoo ! Bumi-Serpong

[bumi-serpong] Re: (Jawaban OMNI) Penipuan OMNI Iternational Hospital Alam Sutera Tangerang
nico
Fri, 05 Sep 2008 03:39:31 -0700

FYI dari pak Sukendro, Presiden Direktur OMNI Intl Hospital Alam Sutera.

Salam,
Nico

-------- Original Message --------
Subject: Re: Fwd: Penipuan OMNI Iternational Hospital Alam Sutera Tangerang
Date: Fri, 05 Sep 2008 14:54:22 +0700
To: [EMAIL PROTECTED]

Pak Nico terimakasih atas informasinya, Isi Email tersebut tidak benar dan
memutar balikkan fakta, Omni akan menyelesaikannya melalui JALUR HUKUM
PIDANA DAN PERDATA, PENGUMUMAN DAN BANTAHAN DIMUAT DI MEDIA INDONESIA
04-09-2008 dan KOMPAS 08-09-2008. Terimakasih.

-----Original Message-----
From: <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Mon, 25 Aug 2008 13:10:19 +0700
Subject: Fwd: Penipuan OMNI Iternational Hospital Alam Sutera Tangerang

> Dear Sukendro,
>
> Kebetulan dapat email spt ini dari beberapa komunitas Internet.
> Kalau ada komentar silakan nanti saya teruskan supaya informasinya
> berimbang, atau at least sekedar masukan kalau memang belum mengetahui.
>
> Salam,
> Nico Rezaldy
> GadingSerpong.net
>
> -------- Original Message --------
>
> > > Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia
> lainnya,
> > > terutama anak-anak, lansia dan bayi.
> > > Bila anda berobat, berhati-hatilah dengan kemewahan RS dan title
> > > International karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter
> maka
> > > semakin sering uji coba pasien, penjualan obat dan suntikan.
> > >
> > > Saya tidak mengatakan semua RS International seperti ini
> > > tapi saya mengalami kejadian ini di RS Omni International.
> > >
> > > Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB, saya dengan kondisi
> panas
> > > tinggi dan pusing kepala, datang ke RS. OMNI Intl dengan percaya
> bahwa
> RS
> > > tersebut berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai
> ahli
> > > kedokteran dan manajemen yang bagus.
> > >
> > > Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan
> hasilnya 39
> > > derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya
> adalah
> > > thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000,
> saya
> > > diinformasikan dan ditangani oleh dr. Indah (umum) dan dinyatakan
> saya
> > > wajib rawat inap. Dr. Indah melakukan pemeriksaan lab ulang dengan
> sample
> > > darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu
> thrombosit
> > > 27.000. Dr. Indah menanyakan dokter specialist mana yang akan saya
> > > gunakan tapi saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali
> buta
> > > dengan RS ini. Lalu referensi dr. Indah adalah dr. Henky.
> > > Dr. Henky memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit
> apa
> > > dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.
> > >
> > > Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan
> atau
> > > ijin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa.
> Keesokan
> > > pagi, dr.Henky visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi
> hasil
> lab
> > > semalam bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan
> revisi?),
> saya
> > > kaget tapi dr. Henky terus memberikan instruksi ke suster perawat
> supaya
> > > diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa
> ijin
> > > pasien atau keluarga pasien. Saya tanya kembali jadi saya sakit
> apa
> > > sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya
> kena
> > > demam berdarah. Saya sangat kuatir karena dirumah saya memiliki 2
> anak
> > > yang masih batita jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang
> RS
> dan
> > > dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani
> oleh
> > > dokter profesional standard Internatonal.
> > >
> > > Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang
> setiap
> > > suntik tidak ada keterangan apapun dari suster perawat, dan setiap
> saya
> > > meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, lebih
> > > terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus
> > > menerimanya. Satu box lemari pasien penuh dengan infus dan
> suntikan
> > > disertai banyak ampul.
> > >
> > > Tangan kiri saya mulai membengkak, saya minta dihentikan infus dan
> > > suntikan dan minta ketemu dengan dr. Henky namun dokter tidak
> datang
> > > sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya
> makin
> > > naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya
> juga
> > > tidak tahu dokter apa, setelah dicek dokter tersebut hanya
> mengatakan
> akan
> > > menunggu dr. Henky saja.
> > >
> > > Esoknya dr. Henky datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke
> suster
> > > untuk memberikan obat berupa suntikan lagi, saya tanyakan ke dokter
> > > tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus
> udara.
> > > Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah tapi dr. Henky
> tetap
> > > menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya
> dipasangkan
> > > kembali infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang
> sakit
> > sekali.
> > >
> > > Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya
> terserang
> > > sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga
> datang
> namun
> > > hanya berkata menunggu dr. Henky saja. Jadi malam itu saya masih
> dalam
> > > kondisi infus padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan
> seperti
> > > tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan
> infusnya
> dan
> > > menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.
> > >
> > > Esoknya saya dan keluarga menuntut dr. Henky untuk ketemu dengan
> kami
> > > namun janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami
> dan
> > > kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr. Henky mengenai sakit saya,
> > > suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan
> serangan
> > > sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi.
> > > Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata
> kiri
> > saya.
> > >
> > > Dr, Henky tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan, dokter
> tersebut
> > > malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan
> obat-obatan
> > > kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat
> > > mengenai kondisi saya dan meminta dr. Henky bertanggung jawab
> mengenai
> ini
> > > dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan
> saja.
> > > Dr. Henky menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan
> keterangan
> yang
> > > memuaskan.
> > >
> > > Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga
> mulai
> > > membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat namun saya tetap
> tidak
> mau
> > > dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi saya
> membutuhkan
> > > data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan
> diberikan
> > > data medis yang fiktif.
> > >
> > > Dalam catatan medis, diberikan keterangan bahwa BAB saya lancar
> padahal
> > > itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow
> upnya
> > > samasekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit
> saya
> > > yang 181.000 bukan 27.000.
> > >
> > > Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun
> sangat
> > > dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang
> tercetak
> > > adalah 181.000, kepala lab saat itu adalah dr. Mimi dan setelah
> saya
> > > complaint dan marah-marah, dokter tersebut mengatakan bahwa catatan
> hasil
> > > lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni maka saya desak untuk
> bertemu
> > > langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.
> > >
> > > Saya mengajukan complaint tertulis ke Manajemen Omni dan diterima
> oleh
> Ogi
> > > (customer service coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam
> tanda
> > > terima tersebut hanya ditulis saran bukan complaint, saya
> benar-benar
> > > dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Ogi yang tidak ada
> service
> > > nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan
> saya
> > > meminta tanda terima pengajuan complaint tertulis.
> > >
> > > Dalam kondisi sakit, saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen,
> atas
> > > nama Ogi (customer service coordinator) dan dr. Grace (customer
> service
> > > manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai
> kejadian
> yang
> > > terjadi dengan saya.
> > > Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat
> pernyataan
> > > dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan
> 181.000
> > > makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi
> thrombosit
> > > 181.000 saya masih bisa rawat jalan.
> > >
> > > Tanggapan dr. Grace yang katanya adalah penanggung jawab masalah
> complaint
> > > saya ini tidak profesional samasekali. Tidak menanggapi complaint
> dengan
> > > baik, dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000
> sesuai
> dr.
> > > Mimi informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab,
> Manajemen
> > > dan dr. Henky namun tidak bisa dilakukan dengan alasan akan
> dirundingkan
> > > ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam
> 4
> sore.
> > >
> > > Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi
> saya
> > > dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular,
> menurut
> > > analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun
> sudah
> > > parah karena sudah membengkak, kalau kena orang dewasa yang ke
> laki-laki
> > > bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista. Saya
> lemas
> > > mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah
> membohongi
> > > saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan
> suntikan
> > > macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas.
> > > Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan
> memang
> > > saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak
> napas.
> > >
> > > Suami saya datang kembali ke RS Omni menagiih surat hasil lab
> 27.000
> > > tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan
> > > meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya.
> Keesokan
> > > paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada
> orang
> > > yang datang dari Omni memberikan surat tersebut. Saya telepon dr.
> Grace
> > > sebagai penanggung jawab compaint dan diberikan keterangan bahwa
> kurirnya
> > > baru mau jalan ke rumah saya namun sampai jam 4 sore saya tunggu
> dan
> > > ternyata belum ada juga yang datang kerumah saya. Kembali saya
> telepon
> > > dr. Grace dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda
> terima
> atas
> > > nama Rukiah, ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali,
> > > dirumah saya tidak ada nama Rukiah, saya minta disebutkan alamat
> jelas
> > > saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang
> lama.
> > > Logikanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat
> tertujunya
> > > kemana kan? makanya saya sebut Manajemen Omni PEMBOHONG BESAR
> semua.
> > > Hati-hati dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.
> > > Terutama dr. Grace dan Ogi, tidak ada sopan santun dan etika
> mengenai
> > pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard International yang
> RS
> > ini cantum.
> > >
> > > Saya bilang ke dr. Grace, akan datang ke Omni untuk mengambil surat
> > > tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke
> > > resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit
> hati
> > > kami, pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas
> ketidaknyamanan
> > > kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang
> menyebutkan
> > > 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang
> > > mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk
> ke RS
> > Omni.
> > >
> > > Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? karena
> saya
> ingin
> > > tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif
> saja
> > > supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap. Dan setelah beberapa
> kali
> > > kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya
> 27.000
> > > adalah FIKTIF dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan
> tidak
> > > perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin
> parah
> > > karena bisa langsung tertangani dengan baik.
> > >
> > > Saya dirugikan secara kesehatan, mungkin dikarenakan biaya RS ini
> dengan
> > > asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya
> semaksimal
> > > mungkin tapi RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.
> > >
> > > Ogi menyarankan saya bertemiu dengan direktur operasional RS Omni
> (dr.
> > > Bina) namun saya dan suami saya terlalu lelah mengikuti permainan
> > > kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS
> lain.
> > >
> > > Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya
> yang
> > > selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya
> tidak
> > > jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini
> membutuhkan
> waktu
> > > yang cukup untuk menyembuhkan.
> > >
> > > Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya
> masing-masing,
> > > benar.... tapi apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS
> yang
> > > dpercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh
> mengecewakan,
> > > semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni
> supaya
> > > diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang
> tua
> yang
> > > tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis, mudah-mudahan
> tidak
> > > terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.
> > >
> > > Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah
> karyawan
> > > atau dokter atau Manajemen RS Omni, tolong sampaikan ke dr. Grace,
> dr.
> > > Henky, dr. Mimi dan Ogi bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian
> sia-sia
> > > hanya demi perusahaan Anda.
> > >
> > > Saya informasikan juga dr. Henky praktek di RSCM juga, saya tidak
> > > mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis
> dari
> > > dokter ini.
> > >
> > > salam,
> > >
> > > Prita Mulyasari
> >
> >

Jadi bu Prita atau teman-teman yang dekat dengan bu Prita Mulyasari, tolong saranin ke beliau, tidak usah kwatir, nampaknya buktinya juga tidak valid, bukan langsung dari email Yahoo ! ibu, jika mereka mengambil paksa dari email ibu langsung berarti mereka telah melakukan pelanggaran, jika tidak disertai surat dari Kajagung atau Kapolri, jika mereka membongkar dari luar berarti itu pelanggaran privasi yang juga diatur oleh UU ITE dimana bongkar kode-kode juga merupakan kejahatan.  Jika mereka tanya dasarnya mana ? Aku rasa pengacara Ibu yaitu bapak Samsul lebih mengetahui deh .... 

Pulsa HP Paling Murah, Daftar Gratis, Diagenkan, Pakai SMS dan YM, Kapanpun, Dimanapun

KALAU MAMPIR BERI KOMENTAR YA.. THANK'S BANGET

Jangan Lupa KOMENTAR - nya ya... , SILAHKAN KE BAWAH Untuk Mengisinya :)

Isi Pos Yang Berhubungan



Menarik? Jangan Lupa Beritau Teman Anda :) Bookmark and Share

Daftar Blog Saya

Dimana Aku Sekarang ?

Pengikut

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Kembali Ke Atas